Bahagia Karena Membahagiakan

by - Agustus 14, 2022

Selama ini, aku merasa tidak pernah berguna buat keluarga. Padahal tanpa sadar, keluargaku adalah mereka yang benar-benar mencintaiku tanpa syarat, dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Papa dan mama adalah dua orang yang selama ini sudah berkorban banyak untukku. Sebagai seorang anak laki-laki, aku merasa gagal karena sampai sekarang aku belum bisa berbuat yang terbaik untuk mereka berdua, kerjaanku hanya meyusahkan mereka.

Kali ini, aku ingin bercerita soal keluargaku, utamanya papa dan mamaku.

Papa adalah sosok yang berwibawa. Setiap ada permasalahan di keluarga besar, pendapatnya lah yang selalu ditunggu. Sangat berbanding terbalik dengan anak laki-lakinya ini, yang kalo ada permasalahan, pendapatku malah makin memperburuk keadaan. Selama ini, papa adalah orang yang tidak pernah mengungkapkan perasaaan cintanya pada keluarga, namun langsung menunjukkannya dengan perbuatan. Sebagai seorang laki-laki melankolis yang peka (cailah), aku selalu sadar akan pengorbanan tulus papa pada keluarganya. Dia sangat menyayangi kami. Selama ini, papa mengajariku banyak hal, tentang bagaimana menjadi manusia yang berguna, bagaimana bersikap yang baik pada orang lain, bagaimana menghadapi situasi yang rumit dalam kehidupan, dan masih banyak lagi. Sangat bertolak belakang denganku yang cuma bisa mengajari beliau bagaimana cara mengirim gambar lewat whatsapp.

Selain papa, mamaku adalah figur ibu yang penuh kasih sayang. Dia adalah sosok ibu penyabar berhati lembut. Karakter mama juga tidak jauh berbeda dengan papa, yang selalu menunjukkan rasa kasih sayang dengan perbuatan ketimbang perkataan. Mama tidak pernah mengeluh. Nasi goreng buatannya selalu menjadi nomor satu di lidahku.

Aku bersyukur memiliki ayah dan ibu seperti mereka. Tapi mungkin mereka menyesal kali ya punya anak seperti aku.

Ya enggak dong. Kayaknya.

Minggu lalu, aku berkesempatan untuk pulang kampung ke Jogjakarta. Memang bukan dalam rangka libur panjang sih, hanya ingin menonton show Standup Comedy Special #KOMOIDOUMENOI Pandji Pragiwaksono Jogjakarta, yang tiketnya sudah kubeli sejak dua tahun yang lalu. Aku mengajukan cuti sehari pada bosku di Bandung, sehingga aku dapat libur tiga hari (sabtu, minggu, senin). Kepulanganku ke Jogja juga dalam rangka untuk escape dari segala rutinitas di Bandung yang cukup melelahkan. Aku ingin sejenak menyepi di kampungku di Jogja, bertemu dan bercengkrama dengan teman-teman lama, dan menghabiskan waktu bersama keluarga.

Di hari terakhir libur, hari senin, aku sengaja meluangkan waktu seharian untuk keluargaku. Hari itu, mereka ingin sekali refreshing dari rutinitas mereka yang menyibukkan. Jadilah aku mengajak papa, mama, dan mbak ayu, kakakku, untuk seharian berwisata ke Jogjakarta sebelum aku pulang kembali ke Bandung. Aku mengajak mereka berwisata ke kebun binatang Gembira Loka di Jogjakarta.  Orangtuaku ingin melihat kebun binatang tersebut yang katanya sudah diperbaharui. 

Abis itu, aku mengajak mereka makan siang di rumah makan SS di kota Jogjakarta. Orangtuaku belum pernah makan di sana. Mereka tampak ragu pada awalnya, namun setelah pesanan datang, mereka makan dengan sangat lahap. Papa sampai minta tambahan nasi saking enaknya. 

Setelah makan siang, kami memutuskan untuk jalan-jalan ke pusat kota Jogjakarta, di alun-alun Jogjakarta, sekalian aku ingin melihat Masjid Gede Kauman yang berada di sekitar alun-alun utara Jogjakarta.

Langit mulai meredup, matahari mulai turun, menunjukkan sore telah tiba, dan sebentar lagi aku harus ke stasiun karena keretaku akan berangkat pukul 19.30 WIB.

Hari yang cukup panjang, namun sangat puas karena aku bisa berwisata seharian bersama keluargaku.


Libur telah usai, aku pulang kembali ke Bandung.

Suatu pagi, saat aku berada di kantorku di Bandung, sebuah notifikasi chat masuk ke handphoneku, sebuah pesan di whatsapp grup keluarga. Aku melihat ke layar handphone, papa mengirimi sebuah pesan. Pas kubuka ternyata isinya adalah ungkapan rasa bahagianya karena kemarin aku mengajak keluargaku jalan-jalan seharian di Jogjakarta. 

Aku terdiam sejenak. 


Tidak pernah kusangka papa akan mengirimi chat seperti itu. Aku merasa sangat bahagia karena bisa membahagiakan orang yang selama ini tidak pernah kubahagiakan, padahal mereka selalu berusaha mati-matian untuk membuat aku bahagia. 

Aku merasa apa yang kuberikan pada mereka masih sangat sederhana, bahkan belum ada apa-apanya, hanya mengajak mereka ke kebun binatang, ke alun-alun Jogjakarta, dan makan di rumah makan yang belum pernah mereka datangi di kota. Tapi, rasa puas atas kebahagiaan yang mereka rasakan tidak pernah bisa ternilai dengan apapun. 

Paling tidak, selama hidup ini aku pernah melakukan perbuatan yang berguna dan kepada orang-orang yang tepat. Ternyata tidak perlu hal yang megah dan spektakuler untuk bisa membuat bangga papa dan mama. Hanya hal sederhana seperti menyempatkan waktu bercanda dan bercerita bersama orang yang selama ini ada untukku, membuat mereka dan tentunya diriku bahagia. 

Banyak nasehat berseliweran di dunia maya. Nasehatnya begini, "Kalian sering ngomong 'aku sayang kamu' ke orang yang bahkan belum menjadi pasangan hidupmu. Tapi pernahkah sekali saja kalian mengungkapkan rasa sayang kepada ayah ibumu yang selama ini berjuang untukmu?"

Seumur hidupku, baru kali inilah aku berani untuk mengungkapkan rasa sayang kepada mereka, dua malaikat tanpa sayap yang menemani proses perjuangan hidupku, yang selalu mendoakanku sehingga aku kuat menghadapi kerasnya dunia. 

Semoga suatu saat nanti aku bisa lebih membahagiakan mereka, agar aku juga bisa merasa lebih bahagia. InsyaAllah.



You May Also Like

0 comments