Kepada Hati

by - Juli 02, 2022

Teruntuk hati, malam ini aku ingin berdialog denganmu.

Pertama-tama, aku ingin berterima kasih padamu.

Terima kasih, karena kau telah kuat dan bertahan sampai detik ini. Kita telah melewati lembar demi lembar catatan kehidupan yang tak mudah. Aku tau kau sudah cukup lelah, terluka, dan memendam luka itu sedalam mungkin. Tapi aku yakin kau tau apa yang harus kau lakukan. 

Aku tau kau membenci kenyataan, tapi itu yang harus kita hadapi saat ini.

Terima kasih sudah menjadi pengarahku. Kau penuntun setiap langkahku. Kau adalah teman terbaikku, yang sering aku acuhkan. Maaf jika terkadang aku tidak mendengarkan katamu, karena terbuai oleh nafsuku sendiri. Tapi kau tetap setia menemaniku dan membuatku kembali ke jalan yang seharusnya.

Semesta kadang sebercanda itu, membuat kita sakit dan menangis. Mereka pun seakan tidak merasa bersalah setelah melakukan itu. Saat kau tersakiti, seluruh tubuhku juga merasakan hal yang sama. Tapi tenanglah kawan, aku selalu ada di sini dan akan menjadi topengmu sehingga dunia tidak akan tau apa yang sedang kita rasakan.

Kepada hati,

Apa yang kita inginkan tak selalu bisa kita dapatkan. Dalam hidup ini, ada yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak. Aku ingin agar kau selalu mengingatkanku akan hal itu. Apapun yang aku akan lakukan, aku ingin agar kau selalu membersamaiku, menuntunku ke arah yang semestinya. Apabila ada hal yang seharusnya tidak aku lakukan, perkataan yang tidak seharusnya aku katakan, dan perasaaan yang seharusnya tidak aku rasakan, aku ingin agar kau membantuku menghentikannya. Jujur, aku sudah muak dengan semuanya. Aku bosan setiap kali aku memulai hari, aku selalu gelisah, takut dengan apa yang akan terjadi, memikirkan semua itu sampai capek. Sebagai topengmu, aku merasa dituntut untuk selalu menebarkan keceriaan, menyembunyikanmu dalam kensunyian, entah kondisimu baik ataukah buruk di hari itu. Intinya dunia hanya ingin semuanya baik-baik saja, walau kadang mereka bisa membuat kita hancur seketika.

Kini aku merasa asing di tengah keramaian. Aku merasa saat ini, dimanapun berada, yang selalu menjadi temanku hanyalah kau. Dengan siapapun aku berinteraksi, aku selalu saja merasa kosong, sepertinya mereka bukanlah orang yang biasanya kutemui.

Hanya kau yang tau seluk beluk diriku yang sebenarnya. Aku selalu hafal, setiap kali emosiku memuncak, di saat aku tempramental, dan ketika aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri, kau selalu mencoba untuk menasihatiku agar aku tidak kebablasan, membuat semuanya berantakan. Setelah keadaan berantakan pun, kau tak jarang membujukku agar kembali waras, meyakinkanku bahwa semua akan kembali baik-baik saja.

Kepada hati,
Aku ingin bertanya sesuatu,

Mengapa kau selalu saja membuatku gelisah? Kau selalu bisa mengarahkanku, tapi aku tak bisa mengarahkanmu. Buktinya saja, aku tak pernah tau kepada siapa kau akan melabuhkan dirimu. Itu terjadi begitu saja. Saat kau mencintai seseorang, kenapa aku yang harus menanggung semuanya? Kau tak segan menyuruh otakku bekerja untuk selalu memikirkannya. Tetapi aku sadar, ada Tuhan yang menguasaimu. Hanya Dia yang bisa membuatmu mencintai atau membenci seseorang. Tugasku hanyalah mengendalikan setiap situasinya, agar tidak ada yang semakin kacau karena apa yang sedang kau rasakan saat ini.

Saat kau mencintai seseorang, selalu aku yang harus mengendalikan semuanya, memendam dirimu dalam-dalam hingga semuanya terasa biasa saja. Setiap aku bertemu dengannya, kau seringkali bereaksi berlebihan sehingga aku harus mengontrol diriku untuk tetap bersikap wajar. Kau harus tau, itu tidaklah mudah. 

Bagaimanapun juga, di sini hanya ada kita berdua, kau dan aku. Kau bisa tau semuanya tentang diriku, tentang kesendirianku, tentang pendapatku terhadap sesuatu, tentang apa yang bisa membuatku bahagia dan sedih. 

Aku mohon kepadamu, tolong sudahi semuanya. Berhentilah untuk mencintai seseorang yang tidak pantas untukku, karena itu hanya akan membuang-buang waktu. Buang rasa itu jauh-jauh, lupakanlah dia. Kau membuatku hingga sebegini bodohnya untuk selalu memikirkannya setiap saat. Apa yang kau harapkan? Kau berharap sewaktu-waktu hatinya juga luluh akan keberadaanku ini? Kau berharap dia akan sadar dan membalasmu? Tidak, hati, itu tidak mungkin terjadi. Keajaiban tidak untuk semua orang. Mungkin kita bagian dari yang tidak mendapatkan keajaiban tersebut.

Kepada hati, kuharap kau mempersiapkan diri,
Karena kau akan patah, suatu saat nanti.

You May Also Like

0 comments