ATAS NAMA CHATTING

by - Maret 16, 2022

Selama di SMP, aku adalah seorang jomblo yang hina. Dan sejujurnya, aku sebel dengan kehidupanku saat itu. Penampilanku waktu di SMP bisa dibilang culun abis, dengan badan kurus, rambut yang jarang disisir, celana pendek biru yang kedodoran, serta iler yang belepotan kemana-mana. Aku yakin, dengan penampilan seperti itu, gak ada satu cewek pun yang mau denganku. Jangankan suka, cuma bilang “hai” sama dia aja mungkin aku udah ditampol pake bakiak, atau leherku diikat pake tali jemuran, atau yang paling ekstrim, dia langsung memutuskan untuk pindah sekolah ke luar negeri.

Gak enaknya jadi jomblo adalah hampir setiap hari aku diledekin sama temenku yang udah punya pacar. Mulai dari nyamperin terus bilang, “Eh, gus, pasangan kau mana? Truk aja gandengan loh,” sampe ledekan yang gak nyambung kayak, “Gus, kau udah mandi belom sih? Kok masih jomblo?”

Aku yang mendengarnya cuma bisa pasrah.

Walaupun begitu, hidup sebagai jomblo juga ada enaknya. Aku bisa lebih bebas menikmati hidup, berteman dengan siapapun, jalan sama siapapun yang aku mau. Selain itu, yang mau cemburu sama aku gak ada, yang mau marah sama aku gak ada, dan yang mau sama aku juga gak ada.

Karena hidupku udah tertekan dengan ejekan kejombloan di sana-sini, aku pun bertekad untuk merubah nasib, dari seorang jomblo, menjadi seorang playboy.

Aku lalu mulai berusaha mendapatkan pasangan hidup. Saat itu, aku percaya kalo tampang bukanlah segalanya, temen-temenku yang lain juga banyak yang mukanya jelek, tapi punya pacar cakep. Jadi aku tetap pede sebagai seorang laki-laki yang tidak terlalu tampan. Bisa aja orang kayak aku gini nantinya bakal dapat cewek kayak putri cantik di film-film Disney gitu kan. Ya, walaupun bisa juga sih bakal dapat cewek kayak nenek lampir lupa sisiran. Tapi kan, kemungkinan itu selalu ada.

Namun masalahnya, kehidupanku jika dibandingkan dengan temen-temen cowokku yang lain di SMP sangatlah berbeda. Mereka sangat gampang mendapatkan pacar, sedangkan aku harus bersusah payah untuk berkenalan doang. Tahap mereka untuk mendapatkan pacar itu kira-kira seperti ini : ngeliat cewek cakep-kenalan-PDKT-nembak-jadian. Sedangkan aku : ngeliat cewek cakep-kenalan-dia ngeliat penampilan aku kayak gembel-dia pingsan-dibawa ke UKS-dia harus diopname tiga minggu.

Jam istirahat adalah saat-saat yang tepat untuk berburu cewek idaman. Setiap aku berjalan ke kantin, aku selalu menemukan beraneka ragam species cewek dengan berbagai penampilan. Ada cewek alim dengan jilbab putih panjang dan kalo jalan suka nunduk. Cewek model begini lebih sering fokus ke pendidikannya, dan gak pernah mau kalo diajak pacaran.

Ada juga cewek seksi dengan rambut terurai panjang, rok mini ketat di atas dengkul, dan kancing baju yang sedikit terbuka di bagian dada. Cewek kayak gini biasanya adalah orang yang kehidupannya super gaul, dan kalo lagi istirahat suka ngumpul sama cewek-cewek gaul lainnya dan bikin geng. Cewek begini kalo berkelahi, paling banter jambak-jambakan rambut doang.

Bahkan aku kadang ngeliat ada cewek gemuk, berkulit hitam, berhidung pesek, berambut keriting dan berwajah seram. Aku yakin mungkin ini hasil persilangan antara manusia dengan genderuwo.

Selama pencarian, aku tetap tidak menemukan satu cewek pun yang bikin hatiku tertambat. Memang, mencari cewek gak semudah mencari remot tipi yang hilang. Niatku mencari cewek dari jalan berburu pada jam istirahat, kuurungkan begitu saja.
 
***
Sudah hampir setahun aku mengikuti les komputer rutin di Global Education Center yang ada di Bagansiapiapi. Lembaga pendidikan komputer dan bahasa inggris itu gak pernah sepi untuk menerima murid baru.

Setiap hari senin, rabu, dan jumat, aku selalu datang pukul dua siang diantar oleh papaku. Teman-temanku yang lain juga banyak yang ikut les komputer di sana. Di kelas kami ada sekitar 15 orang yang mengikuti les komputer. Kelas yang dicat putih dan ber-AC tersebut, cukup nyaman menemani hari-hariku selama belajar komputer di sana.

Di kelas, aku berteman dekat dengan Kamal, seorang cowok chinese pendek, berkulit sawo matang, dan bermata sipit. Dia sudah SMP, sama kayak aku. Saat les, dia duduk pas di samping aku. Tapi sayang, otaknya sedikit gesrek, mungkin akibat terlalu banyak mengkonsumsi ajinomoto.

“Hari ini kita belajar MiRC ya,” kata Miss Lisa dengan suara lembut. Pembawaannya yang santai dan ramah, membuat kami semua gak pernah bosan diajarin sama dia. Rambutnya yang panjang dan kadang dikuncir semakin menambah pesona kecantikannya. Di mataku, Miss Lisa adalah sosok pengajar yang baik. Tapi di matanya, aku mungkin cuma terlihat seperti kecebong hanyut.

“Baik Miss!” jawab kami semua dengan lantang.

Miss Lisa pun menjelaskan cara menggunakan MiRC, sebuah aplikasi chatting yang bisa menemukan orang-orang di sekitar kita dan mengajak mereka untuk chatting. Memang sih, waktu itu jamannya udah ada Facebook, Twitter, dan sebagainya, tapi yang masih pake MiRC untuk chatting juga banyak.

“Nah, kalo udah ketemu gini, kalian tinggal klik ‘Join’ dan kalian bisa langsung chatting sama dia,” Miss Lisa menjelaskan kepada semua murid. “Sampai di sini udah paham?”

“Paham, Miss!” jawab kami semua.

Aku diem dan mikir : ah, gampang juga.

“Maaf, Miss, saya mau nanya.” terdengar suara Kamal yang serak-serak basah, sama seperti orang keselek air aki.

“Iya? ada apa Kamal?”

“Cara ngidupin monitor gimana ya?”

Seisi kelas tertawa. Miss Lisa cuma bisa senyum. Aku mau lempar kepalanya Kamal pake CPU.

“Yaudah sekarang coba kalian praktekin di komputer kalian masing-masing.” Miss Lisa berdiri dari kursinya dan mempersilahkan Cyntia, temen lesku yang lain untuk mencoba MiRC.

Aku pun menuju ke komputerku yang ada di pojok kelas. Bagiku, chatting dengan aplikasi apapun gak ada masalah, selama pesannya nyampe ke orang yang kita ajak chatting. Kunci dari berkomunikasi ditentukan dari seberapa paham orang yang lagi kita ajak bicara.

“Aplikasi ini bisa di pake untuk chatting dengan orang yang bahkan belum kita kenal, kalian bisa ajak dia kenalan dan kalian bisa dapet teman baru deh.” kata Miss Lisa.

Tiba-tiba aku teringat kembali dengan niatku untuk mendapatkan pasangan. Maka muncullah ide brilian untuk mencari cewek baru dengan jalur MiRC ini. Aku berharap dengan aplikasi ini mungkin aku bisa ajak cewek kenalan, terus kuajak ketemuan dan langsung nembak deh. Setelah ini, masa-masa kejombloanku akan berakhir, dan hidupku akan tenang dan bahagia.

Dengan cepat aku membuka aplikasi MiRC di komputer dan mulai mencari siapa orang yang kira-kira berpotensi untuk bisa kuajak kenalan.

“Kau pake nickname apa, mal?” tanyaku kepada Kamal yang tengah asyik dengan komputernya.

“Hmm... apa ya?” Kamal kebingungan sambil meletakkan telunjuknya di dagu. “Kalo aku pake nama sendiri, keren gak ya?”

“Keren sih.”

Kamal pun mulai mengetik nicknamenya di komputer, memainkan jari-jarinya di tuts keyboard. Pas kuliat di layar monitornya tertulis : Kamal_ganteng. Aku gak yakin ada orang yang mau chatting dengan orang yang punya nickname seperti ini.

Nickname yang aku pake haruslah keren, biar kesannya menggambarkan kalo aku ini ganteng, penuh kharisma, dan populer di sekolah. Maka aku pun gak menggunakan namaku yang asli sebagai nickname. Aku mengganti nicknameku dengan : Joe_dragon. Nickname yang cukup keren.

Karena di MiRC kita gak bisa ngeliat foto orang yang mau kita ajak chatting, aku pun mencari nama-nama cewek yang kira-kira pas untuk di ajak kenalan. Saat itu, aku berpikir kalau kecantikan seorang cewek itu bisa dinilai dari namanya. Kalo ada cewek namanya Annisa kemungkinan dia adalah cewek kalem yang religius dan senang bergaul sama teman-temannya. Kalo ada cewek yang namanya Laura, biasanya dia adalah cewek cantik yang gak pernah keluar rumah, dan bapaknya galak. Kalo ada cewek yang namanya Surti, biasanya dia adalah pembantu.

Aku mulai scroll layar MiRC sambil mencari nama. Ada banyak nickname yang muncul kayak Ayu_Imoetzz43, Bambang_yangtakpernahbimbang, JualObatKuat, sampai yang aneh seperti Kinder_Joy. Ini orang apa cemilan?

Aku akhirnya menemukan sebuah nama, Linda_Sulistya01. Nama Linda terdengar seperti cewek ABG yang pembawaannya dewasa, cerdas, dan kalo ngomong sama siapa saja bisa nyambung.

Dengan hasrat birahi yang tinggi untuk menumpas kejombloan, aku langsung memulai chatting dengan Linda_Sulistya01. Kira-kira seperti ini isi chattingannya :

Joe_dragon         : Halo!
Linda_Sulistya01 : Halo juga
Joe_dragon         : Boleh kenalan gak? Nama kamu siapa?
Linda_Sulistya01    : Hmm... boleh. Nama aku Linda Sulistya. Kalo nama kamu siapa?
Joe_dragon         : Namaku asliku Bagus Dwi Saputra. Kamu udah punya pacar belum?
Linda_Sulistya01 : Aku gak punya pacar.
Joe_ganterng         : Berarti kamu jomblo?
Linda_Sulistya01 : Aku punya suami.
 
Langsung kututup chat room tersebut.

Ngajak orang kenalan di MiRC ternyata gak segampang yang kukira, mengingat pengguna MiRC cukup banyak, dari berbagai belahan dunia, dan dari segala usia. Aku harus berhati-hati agar gak salah dalam memilih orang.

Aku melanjutkan pencarian teman chatting. Aku pun menemukan sebuah nama lain, AnaDerita. Nama yang terdengar cukup misterius dan membuatku penasaran. Tanpa basa basi, aku langsung membuka room dengan dia untuk memulai sesi chatting baru. Aku lalu mengetik, “Hai!”

Dan sesi chatting pun berlangsung.
 
Joe_dragon : Hai
AnaDerita : Hai juga!
Joe_dragon : Boleh kenalan gak? Nama asli kamu siapa?
AnaDerita : Namaku Diana. Kalo nama kamu siapa?
Joe_dragon : Nama aku Bagus Dwi Saputra.
AnaDerita : Hmm... aku boleh tau akun Facebook kamu gak? Biar tau mukanya.
Joe_dragon : Oke boleh.

Tanpa ragu, aku kemudian memberitahu akun Facebookku sama dia. Nama Diana menjelaskan kalo dia adalah seorang cewek yang rajin dan sering membantu orang tua. Kalo aku bisa ajak dia kenalan dan ketemuan, mungkin aku bisa mendapatkan pacar baru.

Pesan yang aku kirim dibalas Diana beberapa detik kemudian, “Udah aku add ya, kamu konfirm dong, kali aja bisa ketemuan.”

Anjay, dia ngajak ketemuan. Kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan.

Aku pun membuka Facebookku dan menemukan ada notifikasi teman baru. Kuliat ada nama Ana Derita dengan foto profil yang tidak begitu jelas, cewek berambut panjang dengan dress pink dan senyum tipis. Telunjuk kanannya nancep di bibir seperti foto-foto alay kebanyakan. Tanpa berpikir panjang, langsung aja kukonfirmasi pertemanan dengan dia.

Rasa penasaranku tentang sosok Diana semakin menggebu-gebu. Aku membuka profil Facebooknya dan kuliat dengan seksama.  Awalnya sih, aku liat dari foto profilnya dulu. Diana ternyata tak jauh dari yang kubayangkan. Dia putih, cantik dan anggun, cuma alay dikit. Dan ternyata dia udah lebih dewasa dari aku. Naluri kepoku yang sudah terlatih membuat aku gak bisa berhenti untuk pengen tau lebih dalam tentang dia.

Aku melihat setiap postingannya dari yang masih baru sampai ke bawah. Tapi semakin aku scroll ke bawah, semakin ada yang terasa janggal. Aku menemukan banyak foto dia telanjang di tempat tidur, tapi aku juga ngeliat tekstur kakinya sedikit kasar. Aku langsung punya firasat buruk. 

Joe_dragon : Kamu ini sebenarnya siapa sih?
AnaDerita : Eh, kamu kalo diliat-liat ganteng juga ya. Aku ini waria lho.
 
Aku terkejut. Bisa-bisanya ada orang yang bilang aku ganteng. Eh, bukan itu. Maksudnya, kok bisa-bisanya aku chattingan sama waria?
 
Joe_dragon : HA? KAMU WARIA?? KOK CAKEP???
AnaDerita : Iya dong. Kamu mau aku isepin gak?
 
Aku panik. Aku bergidik ngeri. Seketika keringat dingin mulai keluar di sekujur tubuh. Dia mau ngisep aku. Sampai detik ini aku berpikiran kalo dia itu bukan manusia, melainkan lintah yang bisa ngetik. Harapanku untuk punya pacar bernama Diana dihancurkan oleh kenyataan yang pahit.

Aku ngeliat sekeliling murid-murid sedang asyik chatting di komputernya masing-masing, sementara aku bingung bagaimana harus melanjutkan pembicaraan dengan teman baru seorang waria penghisap. Aku berharap Miss Lisa gak ke tempatku sekarang, dan membaca isi chattingan yang begitu biadab ini. Kalo sampe dia baca, bisa-bisa aku dikeluarkan dari les komputer ini.

Joe_dragon    : Ha? Isepin? Apanya yang mau kamu isepin?
AnaDerita      : Ah, kamu, masa gak tau sih? Ya itu mu lah.
Joe_dragon    : GAK! AKU GAK MAOO, AKU MASIH SMP!! PUNYAKU MASIH KECIL!! UDAH YAAA!! BYE!!
AnaDerita      : Eh tunggu-tunggu, aku kalo ngisepin jago lho, ampe muncrat gitu, kayak air mancur. Udah banyak orang yang aku isep. Masa kamu gak mau?
Joe_dragon    : YA MASA AKU MAU BANG?!
 
Pantesan nicknamenya AnaDerita, semakin kita mengenal dia, semakin kita menderita. Aku gak mau terjerumus dalam dunia isep mengisep ini, masa depanku masih panjang. Aku ngebayangin ini kayak cerita-cerita drakula, dimana korban digigit oleh drakula dan kemudian mereka jadi vampir. Nanti bisa-bisa pas aku abis diisep sama bang Diana ini, aku langsung mendadak ngondek.

Cepat-cepat kututup chat room dan aplikasi MiRC. Kubuka Facebook dan menghapus pertemanan dengan Ana Derita. Keringat dingin membasahi mouse yang kupegang di atas meja.

“Oke, murid-murid, kelas hari ini cukup sampai disini aja ya,” kata Miss Lisa mengakhiri kelas sore itu. “Kalian boleh pulang.”

Kelas pun berakhir, aku pulang kerumah. Dalam perjalanan pulang, di kepalaku masih terbayang tentang Ana Derita, cowok yang kerjanya ngisep. Aku gak mau lagi mencari pacar dengan cara seperti ini.

***

Aplikasi MiRC udah gak pernah kusentuh lagi, bahkan sampai sekarang. Hari-hariku kembali dilewati sebagai jomblo culun seperti biasanya. Aku udah malas mencari cewek. Aku gak mau lagi berspekulasi ini itu tentang cewek. Aku juga gak mau menganalisa cewek hanya dari namanya doang, karena itu goblok. Banget.

Lebih baik jomblo daripada homo. Lebih baik gak punya pacar daripada pacaran sama orang yang gak jelas. Biarlah waktu yang menjawab siapa jodohku sebenarnya. Aku berharap tidak bertemu dengan orang yang kuajak chatting di MiRC kemaren.

Aku juga masih mengikuti les sore seperti biasanya. Setiap kali aku membuka komputer di meja dan melihat icon MiRC di desktop, kadang aku masih terbayang tragedi chatting waktu itu.

“Kau kenapa, gus?” tanya Kamal, melihatku yang sedang bengong.

“Gak. Aku gak papa kok.”

“Ooh,” kata dia. “Eh, aku dapat kenalan dong.”

“Kenalan dimana?” tanyaku.

“MiRC lah.”

“Siapa namanya?”

“Diana.”

You May Also Like

0 comments